Rabu, 07 Januari 2009

Wisata ke Kota Banten Lama

Pengalamam wisata ke kota Banten Lama

Mengakhiri liburan akhir tahun, kami sekeluarga berkesempatan mengunjungi peninggalan sejarah dikota Serang, yaitu mesjid di kota Banten Lama. Perjalanan dari pusat kota Serang ditempuh kurang lebih 30 menit dengan kendaraan pribadi dan cukup banyak petunjuk jalan kearah sana.

Ketika memasuki wilayah kota lama terdapat billboard selamat datang di kota wisata Banten Lama.. Setelah berbelok kekiri dari arah Serang disebelah kanan tampak bangunan tembok dengan bata yang besar-besar yang menandakan bahwa ini adalah bangunan masa lalu. Melalui jalan dari cornblock, kami melewati pos penjagaan yang dijaga oleh 3orang dengan seragam biru biru dan mengutip uang sebannyak Rp.3000,- tanpa diberikan tanda bukti. Lewat dari pos tersebut terlihat dikiri kanan jalan gubuk-gubuk yang tidak teratur dan kotor. Tidak ada pentunjuk dimana tempat parkir mobil, Kami terus berjalan menyeberangi jembatan, disebelah kanan tampak berjajar kios-kios pendagang yang kosong, , Setelah kami melihat lihat tanpa turun dari kendaraan kami kembali kearah kami datang dan mencari tempat perkir . Kami parkir ditempat sepertipasar tradisional yang becek dan kotor dengan tenda-tenda pedagang beraneka ragam dagangan.

Kami berjalan menuju mesjid Banten melalui lorong-tenda pedagang yang tampak kumuh dan jorok. Sesampainya di halaman mesjid, kami ditawari oleh orang-orang yang memerlihatkan foto didepan menara mesjid. Karena saat itu telah masuk waktu solat dzuhur, kami pun mencari tempat wudu. Untuk masuk ketempat wudu, kami melalui palang pintu yang didepannya terdapat kotak amal dan ditunggu oleh seseorang yang sambil memumukul-mukul kotak tersebut mengatakan kepada kami untuk memasukkan uang , kedalam kotak tersebut. Saat itu banyak sekali orang yang mengantri ingin masuk kedalam makam, sehingga suasana sangat penuh sesak.

Kami mengambil wudu bergantian, pada saat itu ada sekitar 10-15 anak laki-laki usia 7-10 tahun yang menawarkan jasa untuk menjaga barang., yang kemudian kami tolak dengan baik-baik.

Tiba-tiba anak kami dipukul oleh anak usia sekitar 5 tahun tanpa bicara menyodorkan tanngannya meminta uang.

Setelah semua keluarga kami selesai sholat kami ingin mencari seorang yang dapat menerangkan tentang sejarah mesjid tersebut. Maka kami menuju sebuah pos yang didepanya ada tulisan pos informasi. Pos tersebut berukuran 3x4 meter, Disana kami bertemu dengan tiga orang laki-laki. Seorang yang agak tinggi duduk dimeja menggunakan peci putih, seorang lagi duduk di kursi dengan tangannya penuh tato, seorang lagi berdiri dekat pintu, dan ketiga orang tersebut asik menghisap rokok. Tanpa mempersilahkan masuk dan mematikan rokok mereka, kami terpaksa pula menanyakan sejarah keberadaan mesjid tersebut. Karena tidak tahan asap rokok maka kami terpaksa berdiri diluar pos sambil mendengarkan penjelasan orang tersebut. Sedikit gambaran mengenai sejarah mesjid tersebut telah memuaskan keingintahuan anak kami yang masih kelas 6 SD, kami pun kembali keluar mesjid melalui pintu yang berbeda.

Kami melewati ruangan yang terdapat tulisan benda-benda kuno, kami pun masuk kedalamnya. Didepan pintu ada sekitar tiga –empat orang laki-laki yang segera mengambil tempat dari plastik sambil mengatakan kepada kami untuk beramal dengan memberikan uang.. Ditempat tersebut cukup benyak peninggalan benda kuno, berada diruang sempit, kotor, dan berdebu.

Hal terakhir yang akan kami lakukan adalah naik kemenara mesjid tersebut. Lagi-lagi ketika kami ingin masuk ada 2orang anak muda yang mengatakan bahwa kami harus membayar seribu rupiah tiap orang. Kami pun naik, sesampainya diatas, kami diharuskan membayar lagi seribu rupiah tiap orang. Ketika ditannyakan mana tanda terima atau karcisnya mereka mengatakan tidak ada, dan ketika ditanyakan uang ini untuk apa, mereka bilang untuk mengatur orang yang naik dan turun.Yang lebih hebatnya lagi ketika naik lebih atas dari bangunan menara tersebut, sampai diatas kami dimintai lagi uang seribu rupiah.

Untuk kami bukan masalah jumlah uang, tetapi keadaan disana sungguh keterlaluan dan membuat kami benar-benar tidak nyaman ketika ingin mengajak anak-anak kami mengunjungi sebuah peniggalan sejarah seperti kota Banten Lama yang terkenal itu.

Tampaknya kekumuhan, perilaku pungutan semacam ini telah berjalan cukup lama. Bagaimana kita ingin dikunjungi oleh banyak wisatawan kalau setiap wisata ketempat seperti itu wisatawan merasa tidak nyaman.

Tidak ada komentar: