Kamis, 29 Januari 2009

Adakah yang pantas menjadi Presiden Indonesia? bagaimana menilainya?

Dalam suatu perjalanan keluar kota bersama teman, sepanjang perjalanan terjadi perdebatan cukup sengit tentang siapa dan bagaimana kita akan menentukan pilihan pada Pemilu 2009 ini.
Perdebatan berkisar pada bagaimana kita dapat menentukan seseorang yang nantinya dapat kita percaya mewakili kita di parlemen,serta memimpin kita sebagai pimpinan eksekutif yaitu Presiden dan Wakil Presiden.
Kalau kita pikir dan kaji secara mendasar, sesungguhnya yang akan kita pilih adalah manusia. Pertanyaan selanjutnya manusia seperti apa, kemudian bagaimana kita menentukan nya.
Sejak jaman dulu, para ahli tentang manusia melihat siapa dan apa itu manusia berdasarkan asumsi asumsi. Seringkali antara ahli yang satu dengan yang lainnya memiliki asumsi yang saling bertentangan., sebagai contoh pertentangan asumsi itu saya sunting dari sebuah buku Pemahaman Tingkah Laku yang ditulis oleh Farozin (2004)
Dalam buku tersebut Farozin juga mengutip dari tulisan Koswara(1991) yang mencatntumkan bahwa asumsi dasar manusia adalah
1. Kebebasan- ketidakbebasan : asumsi manusia memiliki kebebasan dianut oleh Maslow dan Rogers, manusia adalah mahluk yang dapat menentukan sikap secara bebas, sementara itu Freud serta Skinner berpendapat manusia adalah mahluk yang tidak bebas, artinya tingkah lakunya ditentukan oleh dorongan dari dalam seperti naluri dan stimulus yang datangnya dari eksternal yaitu lingkungannya.
2. Rasionalitas-Irrasionalitas : penganut yang menyatakan bahwa manusia mahluk rasional adalah para teoris humanistic dan tokoh –tokoh aliran psikoanalis berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang irrasional yaitu bertindak berdasarkan naluri tanpa disadari.
3. Holisme – Elementalisme : Freud dan Maslow mengasumsikan manusia adalah makhluk holisme, yaitu manusia akan dimengerti kalau dilihat secara menyeluruh. Sedangkan aliran behavioristik berpandangan bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari sehingga penyelidikan tingkah laku dilakukan secara per elemen
4. Konstitusionalisme-Environmentalisme : manusia memiliki sifat bawaan sejak kecil (konstitusionalisme) dianut oleh Freud dan Maslow sedangkan manusia ditentukan oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya dianut oleh Pavlov, Skinner sebagai behaviotisme
5. Berubah-Tidak berubah : para ahli behavioristik meyakini bahwa manusia dapat berubah, sedangkan aliran psikoanalisa berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang tidak dapat berubah
6. Subjektivitas-objektivitas : apakah manusia hidup dalam pengalaman personal (subjektif) atau dengan factor-faktor eksternal (objektif). Para akhli behavioristik berasumsi bahwa manusia adalah mahkluk yang hidup dengan pengalaman objektif disatu sisi aliran psikoanalisa berasumsi bahwa dunia batin atau dunia subjektif merupakan factor penentu dari perilaku manusia
7. Proaktif –Reaktif : manusia yang proaktif berperilaku berdasarkan dorongan dari diri sendiri, diyakini oleh aliran psikoanalisa, sedangakan manusia reaktif adalah perilaku manusia ditentukan oleh factor yang berasal dari lingkugannya
8. Homeostatis-Heterostatis : Konsep homeostatis bersumber pada keseimbangan dan ini dianut oleh Freud, sementara itu heterostatis menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan dari luar dirinya yaitu lingkungannya., konsep ini dianut oleh Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia terus berjenjang sampai mencapai kebutuhan tertinggi bukan untuk mencapai keseimbangan optimal pada titik tertentu.
9. Dapat diketahui- Tidak dapat diketahui :Pandangan bahwa manusia dapat diketahui didasarkan bahwa manusia bertingkah laku berdasarkan hukum-hukum alam, sama halnya dengan mahkluk hidup lainnya. Pandangan ini dianut oleh kelompok psikoanalisa dan behaviorsme. Sedangkan paham bahwa manusia adalah pribadi yang tidak dapat diketahui didasarkan pada keyakinan bahwa manusia adalah pribadi yang unik yang tidak dapat disamakan keberadaan dan tingkah lakunya dengan mahkluk makhluk lainnya.

Asumsi-asumsi tersebut belum juga cukup untuk dapat menilai kepribadian seseorang, karena ada dua factor yang menentukan pribadi seseorang, yaitu :
1. Konsep diri, yaitu penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, yang dapat berupa konsep diri sebenarnya dan konsep diri ideal. Konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri ideal merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakanya
2. Sifat, yaitu kualitas perilaku atau pola penyesuaian spesifik, misalnya reaksi terhadap frustasi, cara menghadapi masalah, perilaku agresif dan defensif, dan perilaku terbuka atau tertutup dihadapan orang lain. Ciri tersebut terintegrasi dengan dan dipengaruhi oleh konsep diri.

Nah apakah kita akan memilih pada pemilu 2009 ini orang yang kita sudah ketahui berdasarkan asumsi asumsi diatas? Pertanyaannya adalah dapatkah kita mengetahui dan menilai , atau seberapa banyakkah informasi yang kita punyai terhadap manusia-manusia yang akan mencalonkan diri mewakili kita atau malah menentukan masa depan kita?